HOME

Sunday 31 July 2011

kiSAh aL-QaMaH dUrHaKa kEpAdA iBuNyA,,,


Al-kisah:

Konon dikisahkan bahwa pada zaman Rasulullah ada seorang pemuda yang bernama Alqamah. Dia seorang pemuda yang giat beribadah, rajin shalat, banyak puasa dan suka bersedekah. Suatu ketika dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah untuk memberitahukan kepada beliau akan keadaan Alqamah. Maka, Rasulullahpun mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk melihat keadaannnya. Beliau bersabda, “Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan La Ilaha Illallah ”Akhirnya mereka berangkat kerumahnya, ternyata saat itu Alqamah sudah dalam keadaan naza’, maka segeralah mereka men-talqin-nya, namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan La ilaha illallah.
Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah.
Maka Rasulullah pun bertanya, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?”


Ada yang menjawab, “Ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua renta.”trans Kisah Alqamah Durhaka Kepada Ibundanya
Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya Alqamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuimu.’”

Tatkala utusan itu telah sampai pada ibunya Alqamah dan pesan beliau itu disampaikan, maka dia berkata, “Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah.”
Maka, dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah.
Sesampainya di rumah Rasulullah, dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.
Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah?”
Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?”
Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.”
Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhny,a kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.”
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”
Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?”Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.”
Maka, Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya,”
Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Alqamah”.
Rasulullah pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, barangkali ibu Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.”
Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.”
Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga.
Maka, Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya,
Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allaoh tergantung pada kemarahannya.”

iKatAn Hati AntArA aNaK dAN bApAK,,,


Tatkala Umar bin Khattab hendak mengirim pasukan ke Yarmuk, Umayyah bin Al Askar Al Kinani berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin,hari ini sebenarnya saya sangat ingin ikut serta berperang kalau usia saya belum setua ini.”
Namun anaknya yang bernama Kilab, seorang yang suka beribadah dan zuhud, berkata, ”Tetapi saya, wahai Amirul Mukminin, akan menjual jiwa saya kepada Allah, saya akan menjual dunia saya untuk kepentingan akhirat saya.”

Ayahnya, Umayyah, sangat mencintai dirinya. Lalu di bawah pohon kurma miliknya dia berkata kepada anaknya, “Nak, jangan tinggalkan ayah dan ibumu yang keadaannya sudah tua dan lemah. Ayah dan ibu telah memeliharamu sedari kecil. Namun tatkala ayah dan ibumu membutuhkan kamu, kamu malah hendak pergi.”
Anaknya, Kilab, menjawab, “Saya tetap akan pergi ikut berrperang meskipun harus meninggalkan ayah dan ibu, karena itu menurut saya yang lebih baik.”
Kemudian Kilab berangkat setelah meminta persetujuan ayahnya. Dia Nampak memperlambat jalannya. Ayahnya memandangidi bawah pohon kurma miliknya. Tiba-tiba ada seekor burung merpati yang kelihatannya berbicara kepada anaknya. Melihat tingkah burung seperti itu, sang ayah menangis. Ada seorang tua yang ikut menangis demi melihat sang ayah menangis. Sang ayah pun berdendang:
Kepada siapakah harus meminta,
Dua orang tua yang mencari Kilab
Kitab Allah, bila dia ingat kitab Allah
Ayah memanggil dia, saya merasa rindu
Sungguh demi ayahku, Kilab tidak benar
Kau meninggalkan ayahmu
Hingga gencar kedua tangannya
Ibumu tidak enak minum
Kau tinggalkan ayahmu yang telah berusia senja
Kurus kering, hampir mati tanpa kegembiraan
Bila kuda-kuda merumput melintas dengan cepat
Dia kepulkan debu di setiap perbukitan
Betapa panjang kerinduannya,
Dia tangisi dirimu dalam kesendirian
Karena begitu sedih, pupus sudah harap kepulangan
Ketika merpati lembah berkicau
Bergerak penuh kelincahan
Menuju telurnya,
Kilab muncul kembali dalam ingatan
Bait-bait diatas sampai kepada Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Lalu dia mengutus seseorang untuk datang kepada Kilab. Lewat utusan tersebut Umar berkata, “Saya mendengar ayahmu sangat bersusah hati karena kamu tinggal pergi. Dengan cara bagaimana kamu biasa berbakti kepadanya?”
Kilab menjawab, “Saya berbakti kepada ayah dengan cara apa saja sebisa saya. Ayah saya, bila kuperaskan susu unta, dia akan tahu kalau susu tersebut hasil perahan saya.”
Umar radhiyallahu ‘anhu menyuruh seorang utusan untuk mengambil unta milik ayah Kilab tanpa sepengetahuannya. Lalu unta tersebut diberikan kepada Kilab untuk diperah. Kilab pun membersihkan puting unta dan memerahnya. Susu hasil perahan ditampung dalam sebuah wadah. Setelah itu susu unta tadi oleh Umar di kirimkan ke ayah Kilab.
Mendapat kiriman susu unta itu, dia menangis, lalu berkata, “Saya mencium bau Kilab dalam susu ini.”
Beberapa perempuan yang berada di sampingnya berkata, “Kamu memang sudah tua dan pikun. Kilab sedang berada di Kufah, tetapi kamu mengatakan telah mencium baunya.” Kemudian ayah Kilab kembali bersenandung:
Aku dicela, sungguh tanpa dasar ilmu kau mencela
Adakah para pencela mengerti apa yang kurasa
Kan kuadukan Umar kepada Tuhannya
Yang memiliki hujjah yang mapan
Sebab Al Faruq tidak mengembalikan Kilab ke pangkuan
Dua orang tua renta yang hidup tanpa penjagaan
Melihat kondisi ayahnya seperti itu, Umar berkata kepada Kilab, “Pulanglah! Ayahmu kau tinggalkan dalam keadaan lemah. Saya tetap akan memberimu bagian.”
Kilab mendengar seorang pengendara kuda menyenandungkan syair tentang ayahnya:
Umurmu sebagai tebusan,
Ayah Kilab tidak akan kubiarkan
Tua renta,berduka cita penuh penderitaan
Demikian pula, seorang ibu yang selalu menyayang
Setelah tidur, dia panggil Kilab
Agar pergi mencari kemuliaan atau harta benda
Namun kuharap dengan hal itu ku dapat pahala.

Sumber: Kisah Kisah Teladan Bakti Anak kepada Ibu Bapak, Ibrahim bin Abdullah Musa Al Hazmi,Media Hidayah 2004

Friday 29 July 2011

aHLaN waSaHLaN yA rAmAdHaN,,,


assalammualaikum w.b.t,,,,
apa kaba sume,,hurmmm,,tggal brape ary je lgy kitew akn brpuasa,,,ny sume2 ny dh habis byar hutang lom,,law belum jgn buat2 lupa pulak,,hehe,,"dosa taw nty tuhan marah,,,"(nada budak baru blaja ckp)..ok lah..
kat sni qila nk kongsi bbrapa adab brpuasa,,insyaallah dpt kita mnfaatkn brsama,,

saudara2 seislamku sekalian,,stiap org yg brpuasa perlu mematuhi bbrapa peraturan n adab yg boleh menyempurnakan ibadah trsebut,,,
ANTARANYA IALAH:


1. Menjaga lidah daripada berdusta, mengumpat dan mencampuri urusan orang lain yang tiada kena-mengena dengannya;

2. Memelihara mata dan telinga daripada melihat dan mendengar perkara yang dilarang oleh syarak dan yang sia-sia;

3. Mengawal perut daripada merasai makanan dan minuman yang haram atau yang mengandungi unsur syubhat terutama ketika berbuka dan berusaha sedaya mungkin untuk menghasilkan pemakanan yang halal lagi bersih.

Ulama silam pernah berpesan: “Apabila kamu berpuasa maka perhatikanlah apa yang akan dijadikan makanan berbukamu dan di manakah kamu akan berbuka?” Ia adalah panduan yang terbaik bagi mengawasi diri daripada terjebak dengan unsur-unsur makanan yang tidak halal;

4. Berusaha menjaga kesemua pancaindera dan anggota tubuh badan daripada mendekati atau melakukan maksiat dan perkara yang sia-sia. Dengan demikian ibadah puasanya akan suci dan sempurna. Terdapat ramai yang memenatkan diri dengan berlapar dan berdahaga, membiarkan diri terdorong kepada perlakuan dosa dan noda, kerana itu puasanya rosak binasa dan keletihannya tidaklah berbaloi sebagaimana maksud sabda Rasulullah s.a.w.: Ramai yang berpuasa tidak mendapat ganjaran daripada puasanya melainkan lapar dan dahaga. (Riwayat an-Nasaei)
Meninggalkan maksiat menjadi kewajipan kepada seluruh orang Islam sama ada mereka sedang berpuasa atau tidak. Apatah lagi bagi yang berpuasa, ia lebih dituntut dan diwajibkan. Sabda Rasulullah, Puasa itu adalah ‘perisai', sekiranya seseorang daripada kalangan kamu sedang berpuasa janganlah dia bercakap kotor, melakukan keburukan dan berbuat bodoh. Jika ada orang lain yang mengejinya atau cuba memeranginya maka hendaklah dia katakan kepada orang itu: “Saya sedang berpuasa.” (Riwayat Bukhari dan Muslim);

5. Jangan membanyakkan tidur pada siang harinya dan makan pada malamnya, bahkan bersederhanalah pada kedua-duanya bagi menyelami kejerihan lapar dan dahaga. Dengan demikian sanubarinya terkawal, keinginan nafsunya kurang dan hatinya ceria. Itulah rahsia dan intipati puasa yang perlu dicapai;

6. Jauhkan diri daripada mengikut dorongan nafsu ketika berbuka dengan beraneka jenis makanan yang lazat-lazat. Sebaik-baiknya adat makannya sama sahaja pada bulan puasa dan bulan-bulan yang lain. Penggemblengan diri dalam mengurangkan tuntutan jasmani dan keinginan perasaan memberikan kesan yang positif terhadap kecerahan hati nurani yang amat dituntut terutama pada bulan Ramadan.

Mereka yang menjadikan keinginan nafsu perut sebagai tunggangan akal ketika berbuka yang menyalahi kebiasaan pada bulan-bulan lain sebenarnya terpedaya dengan pujukan iblis. Rayuannya bertujuan menghilangkan barakah (berkat) ibadah puasa mereka, nikmat limpahan ketenangan daripada Allah s.w.t., kekhusyukan diri ketika bermunajat dan berzikir kepada-Nya.

kenyang
Sepatutnya orang yang berpuasa mengurangkan kadar pemakanannya sehingga terserlah kesan puasa itu kepada dirinya. Kekenyangan adalah punca kelalaian, kealpaan, keras hati dan malas untuk taat kepada Allah s.w.t..
Sabdanya: Takungan jelek yang dipenuhkan oleh manusia adalah kantong perutnya, memadailah baginya beberapa suapan yang dapat meneguhkan tulang belakangnya. Jika dia enggan maka berikanlah sepertiga (bahagian perutnya) untuk makanan, sepertiga kedua untuk minuman dan sepertiga terakhir bagi pernafasannya. (Riwayat Ahmad dan at-Tarmizi)
Terdapat ulama yang mengungkapkan kata-kata berikut: “Sekiranya perutmu kenyang anggota-anggota lain akan lapar (akan menurut turutan nafsu) tetapi sekiranya perutmu lapar kesemua anggotamu akan kenyang.”

As-Salaf as-Soleh (mereka yang terdahulu) mengurangkan perkara kebiasaan dan dorongan diri serta memperbanyakkan amal ibadat pada bulan Ramadan secara khusus bahkan itulah adat mereka sepanjang masa;

7. Tidak menyibukkan diri dengan urusan duniawi pada bulan Ramadan, bahkan mengambil kesempatan bagi beribadat kepada Allah dan mengingati-Nya sebaik mungkin. Justeru, dia tidak melakukan perkara duniawi melainkan sekadar keperluan hariannya atau kepada mereka yang berada di bawah tanggungannya. Demikian yang selayaknya dilakukan pada bulan Ramadhan yang mulia ini sama seperti pada hari Jumaat yang sepatutnya dikhususkan bagi amalan akhirat;

8. Mempraktikkan amalan sunah seperti segera berbuka apabila masuk waktunya, berbuka dengan buah tamar (kurma) dan jika ia tiada memadailah dengan segelas air serta melambatkan makan sahur.

Nabi s.a.w. berbuka dahulu sebelum Baginda mengerjakan solat Maghrib. Sabda baginda: Umatku sentiasa berada dalam keadaan baik (berkat) selama mana mereka mempercepatkan berbuka (apabila masuk waktunya) dan melambatkan makan sahur. (Riwayat Bukhari dan Muslim);

9.menyediakan makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa sekalipun dengan beberapa biji tamar atau segelas air. Sabda baginda s.a.w.: Sesiapa yang menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa baginya ganjaran seumpama pahala orang yang berMenyediakan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa puasa tanpa mengurangi sedikitpun pahalanya (orang yang berpuasa). (Riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah)

10. Memenuhi malamnya dengan amalan sunat seperti solat terawih, witir dan sebagainya.
Adalah dinasihatkan kepada para imam supaya tidak mempercepatkan solat terawihnya seperti mana amalan kebiasaan di masjid dan surau.

Perbuatan tersebut menjejaskan mutu ibadat solat tersebut kerana meninggalkan ‘wajib-wajib' solat seperti meninggalkan tomakninah semasa rukuk dan sujud, mencacatkan bacaan al-Fatihah sebagaimana sepatutnya lantaran ingin kecepatan dalam mengejar waktu sehingga menyebabkan makmum di belakang tertinggal rukun-rukun penting dalam solatnya. Amalan terawih seperti itu adalah tidak sempurna dan berkurangan pahalanya.

Oleh itu berwaspadalah terhadap cara demikian dengan kembali mengamalkan ibadah solat seperti waktu-waktu lain, menyempurnakan kiam, bacaan al-Fatihah, rukuk, sujud, khusyuk, hadir hati dan semua peradaban solat dan rukunnya.
Bagi makmum pula disyorkan supaya sentiasa bersama imamnya sepanjang solat terawih itu sehinggalah selesai sama ada 20 rakaat ataupun lapan rakaat. Sabda Rasulullah s.a.w., Apabila seseorang menunaikan solat bersama imamnya sehinggalah imam itu (selesai dan) beredar, dikirakan untuknya (makmum) pahala kiam semalaman. (Riwayat an-Nasaei)



p/s:insyaallah sgala mkmlumat yg dsmpaikn sdikit sbnyk dpt mmbntu kita dlm mnjlani ibadah puasa dgn lbih sempurna,,,